D. TENTANG NATIJAH
Kata Natijah berasal dari bahasa
arab, yang berarti hasil atau inti kesimpulan. Maksudny adalah hasil dari dua
pernyataan yang terkait antara muqadimah pertama dengan muqadimah ke dua.
Hal yang harus ada
supaya Natijah lurus dan benar :
1. Semua
natijah pada semua syakal mengikuti kerendahan mikadimah-mukadimahnya,
(
kerendahan disini adalah juz’iyah dan salibah karena juz’i lebih
rendah daripada kuli dan salibah lebih rendah daripada mujabah ). Jika salah
satu mukadimahnya juz’iyah, maka natjahnya harus juz’iyah, Jika
salibah maka natijahnya harus salibah.
2. Bila
kedua mukadimahnya mujabah, maka natijahnya pasti mujabah.
3. Jika
salah satu mukadimahnya salibah, maka natijahnya harus salibah
4. Jika
salah satu mukadimahnya juz’iyah, maka mukadimahnya harus juz’iyah
5. Jika
kedua mukadimahnya kulliyah, maka tidak mesti mukadimahnya kulliyah
6. Syakal
awal akan melahirkan natijah empat macam qadiyah
7. Syakal
duaakan tidak melahirkan natijah, kecuali salibah kulliyah atau juz’iyah
8. Syakal
tiga tidak melahirkan natijah, kecuali juz’iyah salibah atau mujabah
9. Syakal
empat tidak melahirkan natijah, kecuali juz’iyah. Kecuali pada dharab satu
(
mukadimah sugra kulliyah salibah, sedang mukadimah kubra nya kulliyah mujabah.
Akan melahirkan natijah kulliyah salibah.
E. QIYAS IQTIRANI
SYARTHIYAH
1. Qiyas
Iqtirani Syarthiyah ada yang muttasilah, terkadang tersusun dari empat syakal
dilihat dari haddul ausat, yakni :
a.
Syakal Pertama
Haddul ausat dalam qiyas menjadi tali
pada mukadimah pertama dan mukaddam dari mukadimah ke dua.
Contoh
: a=b – b=c
-
Tiap-tiap kami
pergi kuliah, kami mendapat ilmu,
-
Tiap- tiap
kami mendapat ilmu, kami merasa senang
-
Tiap-tiap kami
kuliah, kami merasa senang
b.
Syakal ke dua
Haddul ausat sama-sama menjadi tali
pada kedua muqadimahnya.
Contoh : a=b – c=b
-
Tiap-tiap
mahasiswa itu pelajar, maka ia adalah manusia
-
Tidak satupun
dari tanaman itu binatang, maka ia itu manusia
-
Tidak satupun
pelajar itu bukan manusia
c.
Syakal ketiga
Haudul ausat menjadi muqadam pada
kedua muqadimahnya.
Contoh : a=b – a=c
-
Tiap-tiap yang
merupakan bentuk segitiga , maka ia berbentuk datar
-
Tiap-tiap yang
merupakan bentuk segitiga, maka ia mempunyai tiga sudut
-
Kadang-kadag
jika sesuatu itu berbentuk datar, maka mempunyai tiga sudut
d.
Syakal keepat
Haudul ausat menjadi muqaddam pada
muqadimah pertama, dan menjadi tali pada
muqadimah kedua
Contoh : a=b – c=a
-
Kadang- kadang
bentuk itu mempunyai empat sisi, maka ia termasuk bentuk datar
-
Tidak sama
sekali yang mempunyai tiga sisi, maka ia bentuk empat sisi
-
Tidaklah bila
bentuk itu kadang-kadang bentuk datar, maka mempunyai tiga sisi.
2. Qiyas
Iqtirani Syarthiyah Munfasilah
Contoh :
-
Selalu manusia
itu adakalanya hidup adakalanya mati
-
Tiap-tiap yang
tidak hidup adakalanya mati dan tidak mati
-
Selalu manusia
itu adakalanya hidup adakalanya mati
3. Kadang
qiyas itu dapat tersusun dari qadhiyah syartiyah muttasilah dan qadhiyah
munfasilah.
Contoh
( syakal pertama ) :
-
Bila bentuk
datar dikelilingi tiga garis lurus yang berpotongan, maka bentuk itu adalah
segitiga
-
Tiap bentuk
segitiga, adakalanya mempunyai sudut tegak lurus, adakalanya sudut tumpul
-
Bilamana
bentuk datar itu dikelilingi tiga garis lurus yang berpotongan, maka adakalanya
bentuk itu mempunyai sudut tegak lurus atau sudut tumpul
4. Kadang
qiyas itu tersusun dari qadhiyah syarthiyah muttasilah dan hamiliyah, (
ada 4 syakal )
Contoh :
a.
Syakal pertama
-
Bila benda itu
besi maka pasti logam
-
Tiap logam
bila dipanaskan berkembang
-
Bila benda itu
berupa besi, maka berkembang bila dipanaskan
b.
Syakal kedua
-
Tiap-tiap
sesuatu iti mangga, maka ia adalah tanaman
-
Tidaklah
binatang itu tanaman
-
Tidak sama
sekali mangga itu binatang
c.
Syakal ketiga
-
Setiap besi
maka itu logam
-
Setiap besi
adalah penghantar panas
-
Kadang-kadang
logam sebagai penghantar panas
d.
Syakal ke
empat
-
Kadang-kadang
bila sesuatu makanan, maka bisa dijual.
-
Tidak sma
sekali makanan itu, merupakan batu
-
Tidaklah
kadang-kadang, yang bisa dijual adalah batu
5. Kadang
qiyas itu tersusun dari qadhiyah syarthiyah munfasilah dan hamiliyah
Contoh
: ( syakal pertama)
-
Selalu manusia
itu adakalanya hidup adakalanya mati (munfasilah).
-
Tiap-tiap yang
mati tidak memerlukan makanan ( hamiliyah)
-
Selalu manusia
itu adakalanya hidup dan adakalanya tidak memerlukan makanan
F. QIYAS ISTISNA’I
Qiyas Istisna’I adalah qiyas yang
disebutkan secara eksplisit ( bil fi’li ) ain natijah atau naqid natijahnya.
Istina’ terbagi dua
macam :
1. Istisna’i
Muttasilah ( muqaddam pertamanya merupakan syarthiyah muttashilah )
a.
Jika muqaddam
isbat, maka tali natijahnya isbat
Contoh :
-
Manakala
makanan itu manis, maka mengandung gula
-
Akan tetapi
makanan itu manis
-
Maka makanan
itu mengandung gula
b.
Jika
muqaddamnya nafi, maka natijahnya dalam bentuk nafi muqaddam
Contoh :
-
Akan tetapi
makanan itu tidak manis
-
Maka makanan
itu tidak mengandung gula
2. Istisna’i
Munfashilah ( muqaddimah pertamanya syarthiyah munfashilah )
Contoh :
-
Mahasiswa UIN adakalanya
pintar, adakalanya bodoh
-
Akan tetapi
mahasiswa UIN ini pintar
-
Maka mahasiswa
UIN ini tidak bodoh
Istisna’i
Munfashilah ada dua macam :
a.
Mengitsbatkan
muqadam, menatijahkan itsbat tali
Contoh :
-
Manakala itu
adalah manusia, maka adalah hewan
-
Akan tetapi ia
manusia
-
Maka dia
adalah hewan
b.
Menafikan tali
menatijahkan naïf muqadam
Contoh :
-
Manakala itu
adalah manusia, maka adalah hewan
-
Akan tetapi ia
bukan hewan
-
Maka ia bukan
manusia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar